MENINGKATKAN KESADARAN MULTIKULTUR PADA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL KOTA GARUT

https://doi.org/10.24198/midang.v1i2.46156

Penulis

Kata Kunci:

Garut, Indies, Multikultur

Abstrak

Dinamika sosial dan budaya yang terjadi dalam sejarah kehidupan masyarakat di Kota Garut memberikan gambaran terbentuk budaya Indies di Garut, yakni hasil budaya perpaduan kelompok masyarakat Eropa dan pribumi, bahkan juga budaya Tionghoa.. Mengabaikan keberadaan salah satu kelompok dalam sejarah bangsa Indonesia akan menyebabkan masyarakat kita seperti tercerabut dari akar budaya dan kesadaran sebagai sebuah bangsa yang majemuk. Dalam hal ini pendekatan multikultural memiliki peran yang signifikan dalam pembelajaran sejarah lokal. Pendekatan multikultural dalam sejarah lokal, akan memperlihatkan bahwa dalam praktik pendidikan sejarah ada penerimaan terhadap keberagaman. Mengakui dan menerima perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas. Pendekatan multikultural dalam proses pendidikan sejarah akan memperlihatkan ke siswa mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, sekaligus menyadarkan bahwa bentuk konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antara kelompok masyarakat.

Referensi

Banks, James A. (2002). An introduction to multicultural education. Boston: Allyn and Bacon.

Blusse, Leonard. (1987). Persekutuan Aneh: Pemukiman Cina, Wanita, Peranakan, dan Belanda di Batavia. Jakarta: Pustaka Azet.

Haase, Hella S. (1994). Heeren van de Thee. Amsterdam: E.M. Querido’s Uitgeverij.

Harahap, Parada. (1952) Indonesia Sekarang. Jakarta: Bulan Bintang,.

Hermandez, (2001). Multicultural Education. A Teacher’s Guide to Linking Context, Process, and Content (2nd ed). New York, Culombia, Ohio, USA: Merril Prentice Hall.

Katam, Soedarsono. (2014). Kereta Api di Priangan Tempo Doeloe. Bandung: Pustaka Jaya

Kamanto, dkk. (2004). Multicultural Education in Indonesia and Southeast Asia: Stepping into the unfamiliar, Antropologi Indonesia, Depok UI.

Khisbiyah, Yayah. (2000). Mencari Pendidikan Yang Menghargai Pluralisme dalam Masa Depan Anak-Anak Kita. Yogyakarta: Kanisius.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah; Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Kunto, Haryoto. (1996). Ramadhan di Priangan. Bandung: Granesia.

Lombard, Denys. (1996). Nusa Jawa Silang Budaya Jilid 1, 2, & 3. Jakarta: Gramedia.

Lubis, Nina Herlina. (1998). Kehidupan Kaum Ménak Priangan 1800-1942. Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan Sunda.

Margana, Sri dan Nursam. (2010). Kota-kota di Jawa; Identitas, Gaya Hidup, dan Permasalahan Sosial. Yogyakarta: Ombak.

Mrazek. Rudolf. (2006). Engineers of Happy Land: Perkembangan Teknologi dan Nasionalisme di sebuah Koloni. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nas, Peter.J.M. (1979). Kota Di Dunia Ketiga; Pengantar Sosiologi Kota Dalam Tiga Bagian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

___________. (2007). Kota-Kota Indonesia: Bunga Rampai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Niuwenhuys, Rob. (1999). Mirror of The Indies. Singapura: Periplus.

Nordholt, Henk Schulte. (1997).Outward Appearances; Trend, Identitas, Kepentingan. Yogyakarta: LKIS.

Ricklefs, M.C. (1993). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rush, James R. (2013). Jawa Tempo Doeloe; 650 tahun bertema Dunia Barat 1330-1985. Jakarta: Komunitas Bambu.

Soekiman, Djoko. (2011). Kebudayaan Indis; Dari zaman Kompeni sampai Revolusi. Jakarta: Komunitas Bambu.

Wertheim, W.F ed. (1958). The Indonesian Town.The Hague and Bandung: W. Van Hoeve Ltd.

Zakaria, Mumuh Muhsin. (2010). Priangan Abad ke-19; Dalam Arus Dinamika Sosial Ekonomi. Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Diterbitkan

2023-06-16